11 Desember 2008

Sekuritas dan Investasi Reksadana

Pertama kali akan saya jelaskan terlebih dahulu tentang sekuritas.
Sekuritas adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jual beli surat
berharga misalnya saham dan obligasi. Jadi sekuritas ini yang
menjembatani masyarakat untuk bertransaksi saham dan/atau obligasi.

Beberapa sekuritas memiliki produk investasi berupa Reksadana yang
dikelola oleh Manajer Investasi. Istilah gampangnya, berinvestasi dalam
produk reksadana ibaratnya kita mempercayakan sejumlah uang kepada
sekelompok orang ahli (manajer investasi) untuk dibelikan (atau
dijualkan) produk-produk saham atau obligasi. Keuntungan (dan kerugian)
dari jual-beli saham/obligasi itu nantinya akan dikembalikan kepada kita
selaku investor setelah dikurangi pajak dan biaya operasional mereka
(gaji, transport, dsb).

Keuntungan dari Reksadana adalah kita selaku investor tidak harus
mengamati langsung pergerakan saham-saham yang jumlahnya ratusan (ribuan
di Amerika). Selain itu juga kita tidak harus susah payah melakukan
analisis dari masing-masing perusahaan. Dua hal tersebut butuh keahlian
khusus dan menyita waktu.

Meskipun demikian selaku investor kita tidak seharusnya pasrah
"bongkokan' kepada Manajer Investasi. Kita perlu mencermati bagaimana
strategi mereka dalam membelanjakan uang kita, apakah mereka agresif
(berani mengambil resiko) atau cenderung konservatif (menghindari
resiko). Lalu kita juga perlu sesekali mengamati pergerakan harga saham
dan obligasi di bursa supaya bisa mengetahui saat yang tepat untuk
melakukan penambahan dana dalam reksadana (top-up) atau penarikan dana.

Reksadana sendiri selain ditawarkan oleh perusahaan sekuritas, juga
dijajakan oleh Bank dan agen asuransi. Sekuritas minta tolong ke Bank
karena ingin memanfaatkan database nasabah yang lebih besar. Jadi akan
memperluas wilayah jangkauan mereka.

Reksadana: Langsung ke Sekuritas atau lewat Bank?
Menurut saya paling asyik investasi langsung ke Sekuritas daripada lewat
Bank karena:

1. Lewat Bank ada minimal penempatan dana yang bagi saya sangat besar
(berkisar 50 juta). Sedangkan langsung ke Sekuritas minimal 250 ribu
rupiah saja. Begitu juga dengan aturan top-up.

2. Lewat Bank (biasanya) ada aturan harus menahan dana selama minimal
satu tahun. Langsung ke Sekuritas = tidak ada pembatasan waktu, bisa
ditarik kapan saja (ada yang kena penalti, ada yang tidak kena).

3. Komisi penempatan dana, top-up, dan pencairan lewat Bank berbeda
dengan Sekuritas (biasanya lebih mahal, coba Bank dapat untung dari mana?).

4. CS Bank umumnya tidak terlalu paham dengan produk Reksadananya
sendiri dibandingkan CS Sekuritas langsung.


Sedangkan kekurangannya:
1. Cabang Sekuritas hanya ada di kota-kota tertentu saja dan jumlahnya
sangat terbatas dibandingkan Bank. Jadi relatif merepotkan untuk
mengurus segala macam syarat-syarat, formulir, dan sebagainya. Saya
mengalaminya sendiri karena tinggal di kota kecil (Yogyakarta) yang
hanya ada cabang Danareksa di Kampus UGM dan BNI Securities dekat Kraton
(sejauh yang saya tahu).

2. Karena alasan nomor satu, banyak "buntutnya". Salah satunya timing
top-up atau penarikan RD seringkali molor, tidak tepat sasaran karena
dokumen harus menempuh jarak untuk sampai ke kantor sekuritas terdekat.

Tapi berhubung dana saya minim, jadi saya rela menempuh susah payah
kirim dokumen ke kantor Sekuritas terdekat. Untungnya Bank Kustodian
ada di dekat rumah saya, jadi untuk top-up atau withdrawal tidak ada
masalah.

Bagaimana dengan Unit Link lewat Agen Asuransi?
Menurut saya ada baiknya produk investasi dipisahkan dengan produk
asuransi. Mengapa? Jika keduanya dicampur akan susah bagi kita untuk
menentukan mana manfaat asuransi dan mana manfaat dari investasi. Namun
ada baiknya juga investasi reksadana lewat unit-link terutama bagi kita
yang kurang disiplin dalam menempatkan dana investasi. Kita akan
"dipaksa" untuk berinvestasi tiap bulannya. Selain itu juga dengan
metode investasi teratur berkala seperti ini (istliahnya Dollar Cost
Averaging), dalam jangka panjang akan lebih menguntungkan.

No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG - http://www.avg.com
Version: 8.0.138 / Virus Database: 270.9.16/1841 - Release Date: 12/10/2008 09:30 AM

05 Desember 2008

Subsidi Premium Dicabut -- Rakyat Diam?

Pembisik : Boss, mumpung harga-harga lagi turun, sumbangan beli minyak
ditarik aja boss, buat 'butuh' yang lain

Boss : Lha nanti diprotes, kan bakalan ada pemilihan boss baru nih,
posisi terancam. Dari daftar belanja kita kan anggarannya 80 keping
emas, harusnya kalau normal segitu harganya.

Pembisik : Tenang aja boss, tahun depan diramalkan masih turun terus
kok, lha wong di meja taruhan aja sudah berharga 35 keping emas untuk
kiriman minyak tahun depan. Posisi masih aman, wong malah turun kok
besok-besoknya. Gak bakalan diprotes, malah bisa jadi senjata.

Boss : Nggak sesuai sama Tata Laksana Dasar Genk ini donk, kan ps. 33
bumi dan air dan kekayaan yang ada di dalamnya digunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran anggota genk?

Pembisik : Solar, minah tetep disumbang donk boss, biar ngga ribut...
tapi kan sekarang yang pake solar sama minah nggak banyak (*minah:
minyak tanah). Ngga ada ruginya lah, daripada ditunda-tunda malah protes
kalo besok2 nyabutnya ...

Boss : okeh dah, tolong buatin suratnya, besok saya tinggal tanda tangan
aja ...

Pembisik : sipp boss... laksanakan ... mereka dijamin diem boss, kan
nggak tahu kenapa harga minyak sekarang turun ...

=================
Berikut cuplikan berita dari Kompas

Premium Tidak Disubsidi
Minyak Solar, Minyak Tanah, dan Elpiji Tetap
Jumat, 5 Desember 2008 | 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah segera mencoret premium dari daftar bahan
bakar minyak bersubsidi. Ini dilakukan karena harga jual premium di
dalam negeri Rp 5.500 per liter sudah setara dengan harga keekonomian.
Dengan demikian, bahan bakar yang masih disubsidi adalah minyak solar,
minyak tanah, dan elpiji dalam kemasan tiga kilogram.

"Rencananya memang begitu. Keputusan lengkap segera disampaikan
Presiden," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan
Anggito Abimanyu, Kamis (4/12) di Jakarta.

Pemerintah telah mengurangi jenis BBM yang disubsidi serta penggunanya
secara bertahap pada tahun 2005, dari tujuh jenis menjadi tiga jenis.
Semula, selain premium, minyak tanah untuk rumah tangga, dan minyak
solar untuk transportasi umum, pemerintah juga menyubsidi jenis BBM yang
sama untuk konsumen industri. Selain itu, jenis BBM minyak bakar dan
minyak diesel juga disubsidi.

Menurut Anggito, harga premium Rp 5.500 per liter yang berlaku sejak 1
Desember 2008 sudah tidak menyedot subsidi BBM yang telah dianggarkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2008
sebesar Rp 126 triliun. Dengan demikian, jika harga minyak mentah dunia
semakin rendah, pemerintah malah akan mendapatkan laba bersih minyak.
Harga minyak mentah Indonesia sejak awal pekan ini berkisar 46-48 dollar
AS per barrel, jauh di bawah asumsi harga minyak dalam APBN-P 2008 dan
APBN 2009 yang dipatok 90 dollar AS dan 80 dollar AS.

"Hingga November 2008, harga jual dalam negeri untuk premium selalu di
bawah harga keekonomian, sejak 1 Desember harga jual dalam negerinya
sudah sama dengan harga keekonomian. Kalau harga pemerintah sudah ada di
bawah harga keekonomian, maka harga di SPBU harus diturunkan," ujarnya.

Harga keekonomian bahan bakar minyak mengacu pada harga yang berlaku di
pasar Singapura (Mean of Platts Singapore/MOPS). Pemerintah akan
mengganti berapa pun harga MOPS ditambah biaya-biaya pengadaan dan
operasional yang ditetapkan berupa persentase yang disebut alpha.

Dalam APBN-P 2008, volume premium yang disubsidi ditetapkan 16,976 juta
kiloliter (kl). Volume ini ditingkatkan jadi 20,444 juta kl di APBN
2009. Meski demikian, Anggito mengatakan, pihaknya belum tahu kebijakan
yang akan digunakan atas subsidi premium itu jika nanti BBM jenis ini
tidak lagi mendapatkan subsidi.

*Patokan 80 dollar AS*

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro di sela-sela
kunjungan kerjanya di Kotabaru, Kalimantan Selatan, mengatakan, pos
subsidi untuk premium tahun depan masih ada karena APBN 2009 masih
menggunakan patokan harga minyak 80 dollar AS per barrel.

Menurut Purnomo, bila asumsi harga minyak itu sesuai dengan kondisi
pasar, subsidi BBM mungkin dipertahankan. Namun, pemerintah juga akan
memerhatikan sisi pendapatan negara. Apabila harga minyak di bawah 80
dollar AS per barel, pendapatan negara akan turun. "Dengan asumsi itu,
penerimaan dilihat dan subsidi juga akan dilihat," kata Purnomo.
(OIN/BRO/DOT)

=================

Mencari Harga Wajar
Kondisi harga minyak dunia dalam setahun ini memang mengalami gejolak
luar biasa karena ulah spekulan juga. Dari tertinggi $150 hingga
sekarang berkisar di bawah $50 terjadi hanya dalam kurun waktu beberapa
bulan saja. Dan sampai saat ini masih belum ada yang bisa mengontrol
kegilaan pasar ini karena dana yang bergulir di pasar berjangka ini
jumlahnya raksasa ... behemoth .. demikian Warren Buffet menyebutnya.
Bahkan beliau mengusulkan adanya aturan ketat untuk pasar keuangan dunia
ini karena ada banyak sekali hal yang berkaitan dengannya ... ambil
contoh harga-harga komoditas dunia naik turunnya ditentukan di pasar
keuangan ini yang rentan oleh aksi-aksi emosional spekulan.

Apa akibatnya? Harga-harga komoditas tersebut bisa terlalu mahal atau
terlalu murah dan tidak mencerminkan harga pasar yang sebenarnya
tergantung psikologi pasar terlalu optimis atau terlalu pesimis. Naik
turunnya harga komoditas ini akan mempengaruhi jalannya bisnis pada
umumnya. Ambil contoh, beberapa waktu lalu harga minyak sawit sempat
naik tinggi, akibatnya para petani sawit di Sumatera dan Kalimantan
berpesta pora, mungkin juga ada beberapa di antara mereka mengajukan
kredit dengan jumlah yang banyak. Ironisnya ketika harga sawit jatuh,
mereka ikut bangkrut, bahkan bunuh diri akibat hutang yag tidak terbayar
seperti yang sempat dimuat beritanya di Kompas.

Menentukan harga wajar komoditas ini tidak mudah. APBN 2009
mengasumsikan harga minyak $80-90 per barrel. Harga itu bukan turun dari
langit, tentunya Pemerintah sudah melakukan banyak analisis. Jika kita
lihat kontrak minyak untuk penjualan 2009-2011 ada kecenderungan
harganya akan naik. Contoh minyak untuk pengiriman bulan Juni 2010
harganya $70 per barrel (hari ini) sumber:
http://futures.tradingcharts.com/marketquotes/index.php3?market=CL,
http://www.nymex.com/lsco_emi_cso.aspx
http://finance.yahoo.com/q/fc?s=CLF09.NYM

Harga minyak dunia saat ini sangat murah di bawah $50 karena para
spekulan komoditas pesimis. Mereka melihat bahwa dunia akan memasuki
resesi tahun depan sehingga permintaan minyak akan turun. Jadi penurunan
harga ini bisa dibilang hanya sementara karena terimbas resesi. Jika
melihat trend secara keseluruhan, harga minyak dunia akan naik karena
minyak adalah sumber daya yang terbatas dan akan habis, sementara itu
minyak juga sumber utama saat ini untuk pemenuhan kebutuhan energi.
Sampai saat ini masih belum ditemukan terobosan yang berarti untuk
mengurangi penggunaan minyak bumi untuk mencukup kebutuhan energi di dunia.
<image>http://futures.tradingcharts.com/charts/COM.GIF</image>

Menutupi Sebagian Kebenaran
Menutupi sebagian kebenaran adalah bentuk lain dari berbohong. Nampaknya
hal ini yang sedang dilakukan oleh Pemerintah. Kalau pemerintah
menetapkan asumsi minyak $80-90 untuk APBN 2009, tentunya mereka sadar
bahwa ada kemungkinan pada tahun 2009 harga minyak akan kembali ke
kisaran angka tersebut. Dan itu masuk akal jika dilihat dari kontrak
futures minyak dunia. Ini berarti jika subsidi Premium dicabut maka ada
kemungkinan tahun depan harganya mencapai 8.000 - 9.000 per liter jika
kurs dollar tetap seperti saat ini.

Sekarang berapa banyak masyarakat yang tahu mengapa harga minyak naik
dan turun? Sedikit bukan? Selama pemerintah tidak mengedukasi masyarakat
tentang hal ini, mereka masih menutupi sebagian kebenarannya.

Memanfaatkan Momentum
Di tengah turunnya harga minyak dunia, langkah pencabutan subsidi ini
diambil dengan demikian tidak akan terjadi protes masyarakat tentang
kenaikan harga minyak seperti selalu terjadi sebelumnya. Harga premium
diambangkan sesuai dengan harga pasaran dunia.

Apakah premium non subsidi berarti buruk?
Tidak sepenuhnya demikian. Masyarakat memang selama puluhan tahun
dimanjakan dengan subsidi BBM ini jadi sulit sekali untuk mencabut duri
dalam daging yang sudah puluhan tahun tertancap. Dengan dicabutnya
subsidi premium ini, pertumbuhan transportasi pribadi akan 'sedikit'
lebih rasional.

Yang perlu kita amati adalah bagaimana alokasi dana subsidi BBM ini
dialihkan. Akankah subsidi tersebut benar-benar dialihkan untuk hal
penting lainnya seperti pendidikan dan kesehatan? Atau dihilangkan?

No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG - http://www.avg.com
Version: 8.0.138 / Virus Database: 270.9.13/1825 - Release Date: 12/2/2008 08:44 PM