11 Maret 2009

Rick Warren : Seseorang yang Mengemban Misi



Pastor Rick Warren telah menarik minat banyak orang dengan "penginjilan
baru"nya. Sekarang, ia berusaha untuk mengubah dunia.


Saat itu menjelang fajar di California, Rick Warren yang tak kenal
lelah, sedang bekerja di depan komputernya, membalas e-mail beberapa
pendeta dari 250.000 pendeta di seluruh dunia yang terhubung dengannya.
Tiba-tiba datang pesan dari seorang pekerja di Colombo, Sri Lanka yang
serta merta mengejutkannya, "Rick, tolong doakan kami," tulisnya pada
suatu hari di bulan Desember 2004. "Kami baru saja mengalami gempa bumi
yang dahsyat dua menit yang lalu, dan saya yakin gelomboang pasang akan
segera datang."


Warren, pendiri Gereja Saddleback di Lake Forest, California, tidak
hanya berdoa. Ia segera meminta staf-nya untuk menghubungi para pemimpin
gereja di Thailand, Sri Lanka, Indonesia, dan India dengan pesan :
"Larilah ke tempat yang tinggi. Ada bencana alam." E-mail itu tiba
sebelum gelombang tsunami menghantam.


Pada hari Minggu kemudian, ia berdiri di hadapan jemaat Saddleback,
"Saudara-saudara, kita perlu membantu orang-orang yang sedang terkena
gelombang tsunami tersebut. Tolong sisihkan lebih." Sumbangan yang
terkumpul padi itu berjumlah 1,6 juta dolar, sekitar satu juta dolar
lebih banyak dibandingkan persembahan hari-hari Minggu biasanya. Warren
mengirimkannya ke gereja-gereja yang terkena bencana; uang itu digunakan
untuk membantu banyak hal dari membeli jala ikan hingga memperbaiki
kapal yang rusak. Ketika badai Katrina menenggelamkan New Orleans
sembilan bulan kemudian, Warren meminta jemaatnya untuk menyumbang
kembali-dan kali ini terkumpul 1,7 juta dolar.


Saddleback, sebuah gereja yang sangat besar terletak di Orange County,
California, adalah salah satu dari sekian banyak organisasi/gereja di
dunia dengan anggota dan sarana untuk mengakomodasi sumbangan amal.
Warren sering mengelola jumlah yang besar.


Ada sekitar 83.000 orang yang beribadah di Saddleback. Mereka bisa
memilih dari 28 ibadah gereja yang diselenggarakan di empat kampus
setiap minggunya. Buku pertama Warren – The Purpose Driven Church,
diterbitkan pada tahun 1995 dan ditujukan bagi para pendera — terjual
lebih dari satu juta eksemplar. Pada tahun 2002, ia menerbitkan buku The
Purpose Driven Life, yang terjual hingga 30 juta eksemplar,
menjadikannya sebagai salah satu buku terlaris sepanjang masa. Dia dan
istrinya memberikan 90 persen dari penghasilannya tersebut untuk amal,
banyak di antaranya sebagai sumbangan anonim, tidak menyebutkan nama
mereka; Pada tahun 2004, tahun terakhir di mana jumlahnya diumumkan
secara terbuka, mereka telah menyumbang 13 juta dolar.


Namun angka yang sekarang sedang menjadi fokus Warren adalah angka lima—
masalah yang ia sebut sebagai lima raksasa global yaitu: kekosongan
spiritual, kepemimpinan yang melayani diri sendiri, kemiskinan yang
parah, penyakit menular, dan buta aksara. Solusinya? Lima bagian Rencana
PEACE yang dipimpin oleh pendeta-pendeta sepertinya, dan dia berharap,
rencana ini juga mendapatkan dukurngan dari kaum politisi di seluruh
dunia: Mengusahakan pendamaian. Memperlengkapi pemimpin yang melayani.
Membantu orang miskin. Merawat orang sakit. Mendidik generasi
berikutnya. "Ketika saya berkotbah tentang hal ini kepada para pendeta
di seluruh dunia, saya memberitahu mereka bahwa mereka diberkati untuk
menjadi berkat bagi orang lain," kata Warren. "Apapun yang telah
diberikan kepada Anda, Tuhan tidak memberikannya agar Anda bertambah
gemuk tetapi supaya Anda bisa menolong orang lain."


Menolong orang miskin dan sakit sebelumnya bukan fokus Warren. Dia
menghabiskan satu dekade pertama dalam pelayanannya untuk membangun
gereja yang lebih besar lagi. Sampai saat istrinya, Kay, membaca tentang
anak-anak yatim piatu korban AIDS di Africa dan berangkat ke sana dua
kali untuk melihat bagaimana dia bisa membantu mereka. Tak lama
kemudian, istrinya kedapatan menderita kanker payudara. Diagnosis itu
semakin meyakinkannya untuk membantu orang-orang yang menderita. Rick
Warren menanggapi penyakit istriya—dan tanggapan istrinya terhadap
penyakit tersebut—sebagai sebuah tanda bahwa dia perlu memikirkan ulang
tentang fokus pelayanannya. "Seperti orang buta yang dicelikkan,"
tukasnya. "Saya menyandang tiga gelar. Saya telah menempuh pendidikan di
dua seminari dan satu sekolah Alkitab. Bagaimana saya bisa melewatkan
2.000 ayat di dalam Alkitab yang berbicara tentang orang miskin?"


Melalui jaringan pendeta globalnya, ia merekrut ratusan ribu sukarelawan
utnuk memberantas buat aksara di Amerika Utara dan AIDS di padang Sahara
Africa, juga tindakan-tindakan lainnya. Warren membukakan pandangan
milyaran pasukan Kristen yang digerakkan di seluruh dunia melalui gereja
lokal untuk mengurusi banyak hal mulai dari pelayanan kesehatan hingga
menyediakan alat-alat pertanian.



*Bekerja dengan jumlah sebanyak itu dalam sebuah agenda yang ambisius
menjadikan Warren terkenal sekaligus kontroversial. Setiap orang yang
tidak mengenal namanya sebelum bulan Agustus tahun lalu, mungkin baru
mengenalnya saat ia mengundang Senator Barack Obama dan John McCain ke
sebuah forum di Saddleback yang menyedot banyak publikasi dari media
massa pada saat kampanye presiden yang lalu. Dia mendapatkan protes
ketika mendukung larangan pernikahan pasangan sesama jenis di negara
bagian California dan medapatkan protes lagi saat Obama memintanya untuk
memimpin doa saat pelantikannya. "Perlawanan terhadap Rick Warren datang
dari kedua pihak baik kaum liberal maupun konservatif," kata Steve
Waldman, salah satu pendiri dari situs religius beliefnet.com. "Tetapi
sebenarnya, dia telah memainkan peran yang signifikan dalan mengubah
wajah Kristen Injili di Amerika akan isu-isu dari isu lingkungan hidup
hingga kemiskinan di dunia. Dan dia terbuka untuk menjawab tantangan
dari lawan-lawannya, di sinilah gesekan itu berawal." Warren berubah
dari seoarang pengkotbah yang ingin "membangun gereja bagi orang yang
membenci gereja" menjadi pemimpin religius yang mendunia. Dia berbicara
kepada Reader's Digest—di mana induk perusahaannya baru-baru ini
meluncurkan majalah baru milik Warren, Purpose Driven Connection—baru
dua kali terbit sampai saat ini. Berikut adalah wawancara dari dua kali
terbitan tersebut:


T. Apakah Anda terkejut ketika diminta untuk memimpin doa saat
pelantikan presiden?

J. Saya merasa terhormat untuk menjadi
bagian dari peristiwa bersejarah. Undangan tersebut sungguh tidak saya
duga. Saya bisa menyebutkan beberapa lusin pendeta yang mungkin bisa
melakukan tugas itu dengan lebih baik.


T. Mengapa Anda mengundang kedua kandidat itu ke Saddleback Agustus lalu?

J. Saya telah mengenal kedua senator tersebut sebelum mereka
memutuskan untuk maju sebagai calon presiden, dan saya menyukai mereka
berdua. Mereka berdua adalah pahlawan, mereka berdua mencintai Amerika,
mereka berdua adalah pemimpin yang baik.


T. Apa yang Anda harapkan terwujud dari acara tersebut?

J. Saya mencoba untuk memperhalus pertanyaan retorik—salah satu
tujuan saya adalah untuk mengembalikan nilai-nilai martabat pada
angkatan ini.


T. Itu lebih dari sekedar mengabarkan Injil.

J. Sebagai seorang pendeta, saya memberitakan Kabar Baik dan kebaikan
pada umumnya. Kabar baiknya adalah tentang Yesus Kristus. Sedangkan
kebaikan umum—entah Anda percaya pada Yesus Kristus atau tidak—adalah
kita hidup dalam planet yang sama. Kita semua adalah bagian dari hidup
kemanusiaan.


T. Bagaimana Anda memilih California Selatan sebagai awal dari
pemberitaan pesan Anda?

J. Itu adalah sebuah tindakan iman yang total. Saya lulus dari
seminari, dan Kay bersama saya tinggal di Fort Worth, Texas. Saya ingat
berbicara dengan dia, "Saya pikir kita harus pergi ke California Selatan
dan mulai membangun gereja baru. Bagaimana menurutmu?" Dia berkata,
"Baiklah, ini sangat menakutkan bagiku, tetapi saya percaya Tuhan dan
saya percaya padamu, mari kita lakukan." Lalu kami masuk ke mobil dan
berputar balik. Kami tiba di sana pada tanggal 1 Januari 1980, di
tengah-tengah jalanan yang macet—Saya sebelumnya tinggal di desa dengan
500 orang penduduk—dan saya berkata,"Tuhan, Kau salah memilih orang. Apa
yang saya lakukan di sini?"


T. Bagaimana Anda menemukan jawabannya?

J. Saya keluar dari jalan raya, lalu kami berjalan menuju sebuah
kantor real estate dan bertemu dengan seorang agen bernama Don Dale.
Saya berkata, "Nama saya Rick Warren. Saya berusia 25 tahun. Saya di
sini ingin mendirikan sebuah gereja. Saya tidak memiliki anggota. Saya
tidak punya bangunan. Saya tidak kenal siapapun di sini. Saya tidak
punya uang, dan butuh tempat untuk tinggal." Dalam waktu dua jam, orang
itu mengantar kami ke sebuah apartemen. Dia meyakinkan pemiliknya untuk
menyewakannya kepada kami dengan gratis selama satu bulan.


T. Apakah Don akhirnya bergabung menjadi jemaat gereja?

J. Kami bersama-sama ke apartemen itu dan saya bertanya, "Hey, Don,
apakah kamu juga beribadah di gereja?" Dia berkata, "Tidak, tidak. Saya
benci gereja." Saya membalasnya, "Bagus. Kamu anggotaku yang pertama."
Kami memulai bersama dengan keluarganya. Pelayanan pertama saya adalah
pada Minggu Paskah tahun 1980, dengan 200 orang. **Dan pada Paskah 2008,
kami telah memiliki 14 pelayanan, dengan 45.000 orang. Don masih menjadi
anggota kami sekarang.


T. Kapan Anda memutuskan untuk berekspansi keluar dari Lake Forest?*

J. Dalam dekade kedua kami, kami berkata,"Oke, sekarang kami akan
menasional, dan kami akan membantu orang lain." Saya peduli dengan
gereja-gereja kecil yang memiliki 50 sampai 75 jemaat. Mungkin mereka
tidak mampu untuk menggaji seseorang secara penuh menjadi pendeta
mereka, dan saya berkata, "Mari bantu mereka." Jadi saya mulai
memberikan pelatihan kepada para pendeta, dan di tahun 90an, saya telah
melatih sekitar 250.000 orang di seluruh Amerika. Setelah itu, kami bisa
menjangkau jaringan global.


T. Apa yang telah Anda pelajari dari perjalanan Anda keliling dunia?

J. Saya telah meilihat banyak gejolak dari perpecahan politik hingga
kebencian di banyak negara. Tiba-tiba saja, seseorang yang tidak setuju
dengan Anda menjadi musuh Anda, dan Anda menjadikannya seperti setan. Di
Rwanda, Anda memanggilnya kecoa dan Anda menggambarkannya dalam mental
Anda yang kemudian bisa mendorong tindakan-tindakan genosida (pemusnahan
suatu kelompok tertentu). Ini adalah satu langkah dari menghapus
nilai-nilai kemanusiaan pada sekelompok orang yang memiliki cara pandang
berbeda menuju ke menghancurkan martabatnya sehingga Anda menganggap
bahwa ereka bukan lagi manusia—lalu Anda memiliki hak untuk menghapuskan
mereka. Hitler melakukannya. Saya pikir kira tidak ingin menuju ke sana
lagi.


T. Bagaimana memastikan kita tidak sedang menuju ke sana?

J. Semangat toleransi harus dikembalikan. Toleransi berarti saya
memperlakukan anda dengan hormat meskipun kita sama sekali berbeda
pendapat dalam satu hal. Anda adalah anak Allah. Anda layak mendapatkan
penghormatan. Kita mungkin tidak setuju, tetapi kita akan saling
bertoleransi, dan lebih dari itu, kita tetap bisa bersahabat.


T. Anda berkata bahwa penting bagi kaum Injili untuk tahu tentang apa
yang mereka dukurng daripada apa yang mereka tentang. Ketika Anda
menentang perkawinan sesama jenis, Saddleback dikucilkan. Salah seorang
jemaat perempuan, lesbian yang sering hadir di Saddleback, mengungkapkan
bagaimana kecewanya dia terhadap Anda.

J. Anda tidak mungkin menyenangkan hati semua orang. Saya tidak harus
sependapat dengan seseorang untuk mengasihinya. Saya tidak harus
sependapat dengannya untuk menolong mereka juga. Saya berharap mereka
juga demikian terhadap saya.


T. Apa saran Anda kepada seseorang yang menginginkan hidup yang lebih
berarti?

J. Kasihilah Tuhan dan sesama dengan segala yang Anda miliki! Hidup
dengan tujuan berarti mengusahakan (dengan sengaja) perubahan pola pikir yang
berpusat pada diri sendiri menjadi pola pikir yang berpusat pada orang
lain. Tanyakan pada diri Anda sendiri, "Apa yang seharusnya menjadi
kontribusi dalam hidup saya?" Dengan mengetahui kombinasi bakat,
kemampuan, dan pengalaman hidup, Anda akan melihat di mana Anda bisa
membuat perubahan.

-----
Diterjemahkan dari Reader's Digest edisi Maret 2009
Mohon beritahu saya jika menyalin artikel ini untuk keperluan blog atau
situs Anda.
Terima kasih.

Tidak ada komentar: